Di Desa
Kalimo’ok, Kecamatan Kalianget, tepatnya di sebelah timur Lapangan Terbang
Trunojoyo, terdapat sebuah makam atau orang Madura biasanya menyebutnya asta,
yakni makam Kiai Ali Barangbang. Dinamakan Asta Barangkang karena makam itu
terletak di Dusun Barangbang. Ada juga yang menyebutnya dengan Asta Gumuk
Semasa
hidup K. Ali adalah merupakan seorang ulama besar dan penyiar agama islam yang
sangat disegani. Bahkan raja Sumenep juga berguru ke K. Ali. Konon menurut
sejarah beliau. K.Ali mempunyai kelebihan diluar nalar, binatang (kera) di
ajari berbicara bahkan sampai bisa mengaji. Pada waktu Sumenep pemerintahannya
masih berbentuk kerajaan. Seorang raja mempunyai anak, dititipkan k. Ali untuk
belajar mengaji. Ringkas cerita, pada saat belajar mengaji Putra Raja tersebut
dipukul oleh K. Ali. Setelah itu Putra Raja pulang dan mengadukan sikap K. Ali
pada sang Raja. Jelas raja sangat marah namun Raja tidak langsung menghukum K.
Ali namun memerintahkan sang prajurit untuk memanggil k. Ali dan menanyakan
alasan kenapa putranya sampai dipukul. Tanpa rasa takut K. Ali menjawab bahwa
sebenarnya dia tidak berniat memukul putra raja melainkan kebodohan yang
menemani putra raja. Mendengar jawaban tersebut raja tersinggung putranya di
anggap bodoh, dengan marah kemudian raja mengatakan hal yang sangat mustahil,
raja mengatakan bahwa jika memang K Ali bisa membuat orang pintar dengan
memukul maka k. Ali boleh pulang membawa kera dengan syarat harus bisa
mengajari sang kera mengaji.
Ringkasnya
sang kera dibawa oleh K. Ali ke rumahnya, dan setiap malam K. Ali mengajak sang
kera untuk memancing bersamanya, hingga pada suatu malam tepatnya malam ke 39,
K. Ali memberikan tali tambang yang terbuat dari sabut kelapa kepada sang kera
dengan cara mengikatkan pada jarinya lalu dibakar. Sambil berkata K. Ali kepada
kera : "Hai kera jika sampai pada jarimu api itu dan terasa panas di
tanganmu maka teriklah dan katakan panas..." saat itulah kera bisa
berbicara dan akhirnya sang kera bisa mengaji. Tiba saatnya sang kera untuk
pulang ke keraton dan menunjukkan kemampuannya untuk mengaji.
Di
keraton K. Ali mengadakan pertemuan besar dengan raja dan disaksikan oleh para
punggawa kerajaan sekaligus mengadakan pesta. Setelah semua berkumpul, kemudian
sang kera di beri Alquran, dan betapa terkejutnya sang raja beserta para
punggawa yang hadir ketika melihat dan mendengar kera mengaji dengan indah.
Setelah selesai mengaji k> Ali melemparkan pisang kepada kera dan berkata
"Ilmu Kalah Sama Watak" yang dalam bahasa maduranya "Elmo Kala
ka Bebethe'". Dan raja pun ikut berbicara bahwa barangsiapa yang menuntut
ilmu tidak menginjak tanah brangbang maka ilmunya tidak syah.